Saturday, November 21, 2020

Review : Gekijou / Theater (Japanese Movie 2020)

 Yamaken mendapatkan peran yang 180 derajat berbeda dari peran yang pernah ia mainkan sebelumnya. Prince Live Action ini tampil dengan tubuh kurus ceking dan brewokan sebagai Nagata, penulis naskah teater yang sangat bergantung kepada sang pacar. Apakah dia akan selamanya menggantungkan hidupnya pada sang kekasih atau akhirnya ia bisa menjadi mandiri?

Ps: contains spoiler so prepare yourself

sumber: Asianwiki

Movie details

Judul: Gekijou (Theater)

Genre: Romance

Pemain: Kento Yamazaki, Mayu Matsuoka

Sutradara: Isao Yukisada

Penulis: Naoki Matsuyoshi (novel), Ryuta Horai

Tanggal rilis: 17 Juli 2020 (Amazon Prime)

 

Sinopsis

Nagata adalah seorang penulis naskah teater yang keras kepala dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain sehingga pementasan teaternya sering kali tidak laku. Suatu hari ia bertemu dengan Saki, seorang mahasiswi perantau di Tokyo yang bercita-cita menjadi aktris. Naga pun jatuh cinta dengan Saki yang berkepribadian polos dan ceria namun hubungan mereka menjadi sejak mereka tinggal bersama di apartemen Saki. Naga yang tidak punya uang menggantungkan hidupnya dengan pacarnya dan tidak pernah ikut andil untuk membayar tagihan bulanan.

Kembali lagi bersama review-an Velin yeay!

Kali ini aku mau bahas film terbarunya Yamazaki Kento alias Yamaken. Siapa sih yang ga tau Yamaken? Aktor yang sering memerankan tokoh utama dalam film-film shoujo yang diangkat dari manga/anime ini sering disebut Prince Live Action. Hampir setiap ada project LA, Yamaken selalu jadi karakter utama. Yah, ga selalu sih tapi sering. Dan karena itu, setiap ada proyek film barunya, orang-orang udah skeptis duluan soal kemampuan aktingnya. Yap, dia hampir selalu memerankan cowok dengan karakter dingin dan populer.


Tapi tunggu dulu. Bagi kalian yang menganggap bahwa akting Yamaken membosankan karena selalu memerankan karakter dengan sifat yang mirip, film Gekijou ini pasti akan mematahkan argumen tersebut. Yamaken yang tampil brewokan sukses memerankan karakter Nagata, seorang penulis naskah teater yang miskin.

Nah sebelum masuk ke review, aku mau kasih rekomendasi dulu nih.

Buat kalian yang suka dengan hal-hal berbau Jejepangan, entah itu budaya, makanan, pendidikan, entertainment atau apa pun itu, aku punya satu rekomendasi website yaitu WeXpats Japan.



WeXpats Japan ini adalah website berbahasa Indonesia yang banyak membahas hal-hal tentang budaya dan kehidupan orang Jepang. Jadi yang berminat mau pindah/sekolah/kerja disana, coba deh kepoin webnya, banyak tips dan trik menarik>.< Nah bagi yang berminat cari kerja di Jepang, tenang aja, di WeXpats Indonesia ini kalian bisa juga cari lowongan kerja disana, bisa full time maupun part-time, tentunya dengan  bahasa indonesia. Ini membantu banget loh, biasanya kan kalo mau nyari lowongan di Jepang lokernya kan pake bahasa Jepang, nah kalo ini udah tersedia Bahasa Indonesianya. Very helpful. Selain itu disana kalian juga bisa diskusi di forum yang disediakan. Jadi kita bisa ngobrol sama temen-temen lain yang punya hobi Jejepangan yang sama. Seru kan?~

Kalau kalian kepo, boleh dicek nih websitenya:

https://we-xpats.com/id/guide/as/jp/ untuk panduan tinggal di Jepang,

https://we-xpats.com/id/job/as/jp/ untuk  lowongan kerja, dan

https://we-xpats.com/id/forum/as/jp/ untuk forum diskusi.

Oke sekarang mari kembali ke Gekijou.

Review kali ini akan sedikit berbeda. Karena Gekijou ini adalah film romance dengan taburan slice of life, maka aku akan membahas love life kedua karakter di film ini saja. Sejujurnya aku kurang suka nonton film atau drama yang hanya terfokus pada romance, setidaknya harus ada genre lain di dalamnya seperti comedy, baru deh aku mau nonton. Tapi kali ini beda soalnya ini yang main Yamaken sama Matsuoka Mayu jadi wajib ditonton sih hehe. Terlebih ada mba Mayu, salah satu aktris kesukaanku jadi ya pastinya ga boleh dilewatin begitu aja.

Ohya, seharusnya film ini rilis di bioskop tanggal 15 April (uhuk, ultahnya Daichan, uhuk) kemaren tapi gara-gara pandemi, jadilah tanggal rilisnya ditunda dulu. Dan akhirnya film ini rilis di Amazon Prime tanggal 17 Juli 2020. Waw! Jarang-jarang sih aku denger film Jepang rilis di aplikasi Amazon Prime ini, apa mungkin aku nya yang mainnya kurang jauh?

Anyway, langsung saja review-an kali ini.

Kedua tokoh utama bertemu secara tidak sengaja ketika mereka sedang melihat lukisan monyet di Shibuya Art Gallery. Naga sedang sibuk memperhatikan lukisan tersebut dan tiba-tiba datanglah Saki yang rupanya juga punya ketertarikan yang sama. Tak lama, ia pun pergi namun ia dibuntuti oleh Naga. Perempuan itu pun ketakutan dan dengan awkward-nya Nagata memberanikan diri menyapanya dan berkata “Sepatu kita sama.” sambil mendekatkan kakinya. Cara Naga mendekati Saki ini lucu juga, hanya gara-gara sepatu yang sama ia tiba-tiba saja tertarik dengan Saki haha.

Tentu saja Saki merasakan betapa anehnya laki-laki itu. Ia pun menggeleng “Tidak, mereka tidak sama.” dan berusaha menjauh. Namun Nagata tidak menyerah, ia terus berusaha mengajak Saki ngobrol dan akhirnya perempuan itu setuju untuk pergi minum berdua dengan Naga.

Saki ternyata adalah seorang aktris teater dan sedang berkuliah di jurusan yang sama. Ia merasa excited ketika tahu bahwa Nagata merupakan seorang penulis naskah teater dan mereka pun menjadi dekat.

“Saki walked with me at an ideal pace. I don’t like it when people walk faster than me, and I hate when they walk slower. I only like people who walk at my pace.” ─Nagata.

Nagata yang diperankan oleh Yamazaki Kento ini menurutku karakternya toxic abis. Karakter Nagata bener-bener se-annoying itu. Dia tuh cowo brengsek, ga tau diuntung. Nagata ini tinggal bersama Saki di apartemennya Saki, dan tidak membayar sewa sama sekali. Selain itu dia juga tidak pernah berkontribusi apa-pun dalam hal keuangan, semua tagihan listrik, air dan lainnya Saki yang bayar. Ketika Saki mencoba membahas hal ini, Nagata akan mulai mengalihkan pembicaraan atau terkadang lebih parah, ia akan marah. Tapi Saki tetap tidak pernah marah ataupun kesal. Dia hanya sedih sebentar setelah itu ia lupa begitu saja. See? Udahlah brengsek, ga tau diuntung pula. Memang toxic sekali mas Nagata ini.

Masih belum cukup sampai segitu, Naga bilang dia benci ibunya Saki hanya karna hal sepele. Saat itu Saki menerima kiriman dari ibunya di kampung dan sambil ketawa, dia bilang “Ibu bilang dia ga suka makanan yang dikirimin dimakan sama cowok yang engga dia kenal.” Karena perkataan Saki tersebut, tiba-tiba Naga marah dan bilang “Aku benci ibumu.” Padahal, menurutku pribadi, apa yang dikatakan ibunya Saki ini hanya bercanda. Pertama, karena Saki mengatakannya sambil ketawa dan tentu saja itu cuma sarkasme ibunya saja yang mungkin merasa sedikit kecewa karena belum dikenalkan pada pacar anaknya sendiri. Tapi Naga yang lagi-lagi gagal memahami perasaan orang lain membuat Saki kecewa karena ucapannya.

“I have some disease that prevents me from listening to other people.” ─Nagata.

Ada lagi hal remeh yang membuat Saki menjadi sasaran kemarahan Nagata. Hari itu Naga pulang ke apartemennya Saki dan melihat sebuah buku baru di atas meja yang baru saja dibelikan oleh gadis itu. Naga pun mengeluarkan buku yang sama dari dalam tasnya dan berkata, “Kamu ngapain beli buku itu? Ini aku juga beli bukunya tadi.” Saki pun tertawa dan menganggap itu hal konyol karena mereka berdua punya pikiran yang sama untuk membeli buku yang sama. Namun berbeda dengan Naga yang kemudian marah. “Harusnya kamu tanya aku dulu. Kan ini jadinya pemborosan.” Lucu ya mas Naga ini, padahal mau dikasih surprise sama mba pacar tapi mba nya malah dimarahin. Huft.

Selain suka memarahi Saki, Naga juga adalah seorang yang cemburuan, namun dengan cara yang negatif. Suatu hari Saki pulang dengan sebuah scooter baru dan memamerkannya pada Naga. Ia berkata kalau scooter itu diberikan oleh seorang teman laki-lakinya dari kampus karena temannya tersebut punya satu scooter yang tidak terpakai. Dengan pemikiran negatifnya, Naga berpikir bahwa temannya Saki ini suka dengan Saki sehingga memberikan scooter tersebut secara cuma-cuma. Karena kecemburuan ini pulalah, Nagata merusak scooter ini dengan sengaja tanpa sepengatahuan Saki dan berbohong padanya kalau ia mengalami kecelakaan. Aneh banget ga sih ini cowok?? Pffft.

Ketika akhirnya Naga mendapatkan pekerjaan sebagai penulis artikel dari seorang kawan lama, ia pun memutuskan untuk move out dari apartemen Saki. Walaupun uang yang ia punya belum cukup namun ia berusaha meminjam karena ia sadar selama ini ia hanya menjadi beban bagi Saki. Tapi Naga selalu kembali ke Saki apa pun keadaannya. Ketika malam hari ia merasa kesepian dan tidak ada tempat untuknya untuk “berteduh”. Ia pun selalu menyelinap ke apartemen Saki setiap malam hanya agar merasa aman dengan kehadiran perempuan itu di dekatnya.

“I thought I was scared of not being able to protect her from whatever, but I was actually the one being protected.” ─Nagata.




Naga juga suka melarang Saki untuk datang dan menonton pertunjukan teater karya penulis lainnya dengan alasan yang tidak jelas. Saki yang selama ini hanya tersenyum dan selalu ceria ketika menghadapi Naga, akhirnya meledak juga emosinya. “Selama ini aku selalu memahamimu, tapi sekarang aku tidak mengerti lagi. Kau bahkan marah ketika aku memuji Clint Eastwood.” Like bruh?? Masa dia marah waktu Saki muji selebriti? HAHA. Saki bilang kalau ia selalu memuji Naga di setiap pertunjukan teaternya, namun tidak sebaliknya. Naga tidak pernah memuji kemampuan akting Saki sekalipun, termasuk pada saat Saki terlibat dalam pertunjukan yang ditulis oleh Naga dan mendapatkan kesuksesan besar. Tidak satu kata pun keluar dari mulut Naga untuk Saki.

Ketika Saki sudah mulai kesal dengan tingkah laku Naga, disaat itu pulalah Naga sadar bahwa ia tidak ingin kehilangan gadis itu. Ia berusaha memperbaiki sifatnya dan ia menunjukkan dengan sungguh-sungguh. Ketika suatu malam Saki menangis karena seorang hairstylist mengatakan sesuatu yang menyakitkan hati, Naga langsung marah dan segera menelepon orang tersebut. Tidak hanya sampai disana, Naga bahkan menerobos hujan pergi ke kantor laki-laki itu karena telah menghina sang kekasih.

Satu scene yang sangat aku suka yaitu ketika Nagata berusah memperbaiki sifatnya dengan cara menjemput Saki dari tempat kerjanya. Dengan semangat dan sedikit awkward karena ia baru saja bertengkar dengan Saki, dia pergi ke rumah bosnya Saki karena ternyata ia berada disana. Mereka pun pulang dengan sepeda. Selama scene boncengan sepeda yang cukup panjang ini, Naga mengoceh sendirian seolah ia sedang bermonolog, sementara Saki yang hanya bisa menangis di belakang karena ocehannya. Dari scene inilah aku mulai bisa merasakan kehangatan Naga. Dia hanya seorang laki-laki yang sulit mengungkapkan perasaannya pada sang kekasih. Bukannya berkomunikasi dengan baik, Naga malah sering marah-marah gak jelas.

I wasn’t sure what I was angry at anymore. Maybe I hated her pure and innocent personality. When her kindness touched me, it emphasized my ugliness, irritating my sense of inferiority and making me feel more bitter.” ─Nagata.



Setelah menonton ini aku mendapatkan kesimpulan kalau Naga ini sesungguhnya menyayangi Saki namun ia menunjukkannya dengan cara yang salah. Sifat polos dan ceria yang dimiliki Saki ini membuatnya kebingungan, kenapa ada orang yang se-carefree itu. Di sisi lain, Saki juga menyukai Naga namun kewalahan dengan sifat laki-laki itu. Pada awalnya ia memang bisa menghadapinya namun lama-lama ia lelah karena harus selalu menjadi pihak yang mengalah. Di akhir, keduanya sadar kalau mereka terus bersama, hubungan mereka akan terus seperti itu.

Part yang paling aku suka di film ini tentu saja di bagian ending. Scene terakhir ketika Naga dan Saki, yang hari itu berkunjung ke apartemennya yang lama, membicarakan tentang masa depan mereka berdua ternyata adalah bagian dari pementasan yang dibintangi Naga bersama aktris lain. Sementara Saki yang asli duduk di kursi penonton sambil menangis. Gadis itu sudah merelakan Naga dan datang berkunjung dari kampung halamannya hanya untuk menonton teater tersebut.

Tidak dijelaskan secara eksplisit scene terakhir ini karena film Gekijou dibuat dengan open ending. Menurutku Naga menulis naskahnya berdasarkan kisah cintanya dengan Saki dan ini beneran sedih parah. Aku sampe nangis di bagian ending ini hiks. Ya bayangin aja itu seharusnya bisa happy ending ketika Saki sama Naga ngehalu kehidupan mereka selanjutnya, eh tiba-tiba itu cuman bagian dari pementasan teater. Merasa ditipu. Tapi overall, endingnya cocok sih, karena ya kalau mau dipaksain juga hubungan mereka memang ga bakal bisa dilanjutin. Dua jempol buat penulis film ini. T_T

By the way, banyak bilang kalau film ini ngebosenin. Jujur aja nih, menurutku paruh pertama film ini emang bikin ngantuk bahkan aku sampai tiga kali terputus nontonnya dan baru beberapa hari kemudian melanjutkan kembali. Beberapa review yang aku baca pun bilang begitu. Alur film ini sangat lambat di awal karena masih menceritakan awal mula hubungan Saki – Nagata. Tapi percayalah, paruh akhir film ini seru dan terutama di ending, karena seperti yang sudah aku spoiler-in HAHAHA. Jadi ini beneran worth to watch^^

Rating: 9/10 (ga bisa kasih 10/10 karena sedikit ngebosenin lol)


Bonus: Yamaken brewokan uwu

 

 




Share: